Friday, May 8, 2015

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei. Kebangkitan Nasional merupakan masa bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun oleh Negara Belanda.

Kebangkitan Nasional ditandai dengan 2 peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan.

Suwardi Suryoningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), pada tanggal 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaannya di Hindia Belanda.

Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo serta Suwardi Suryoningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi “karena boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Namun Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Indonesia.

Tokoh-tokoh sejarah kebangkitan nasional, antara lain: Gunawan, Sutomo, dr. Tjipto Mangunkusumo, dr. Douwes Dekker, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dan lain-lain. Tanggal 20 Mei 1908, berdirinya Boedi Oetomo, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Sejarah Singkat Boedi Oetomo :
Bangsa Indonesia, yang dijajah oleh Belanda, hidup dalam penderitaan dan kebodohan selama ratusan tahun. Bahkan tingkat kecerdasan rakyat, sangat rendah. Hal ini adalah pengaruh sistem kolonialisme yang berusaha untuk “membodohi” dan “membodohkan” bangsa jajahannya.

Politik ini jelas terlihat pada gambaran berikut:
Pengajaran sangat kurang, bahkan setelah menjajah selama 250 tahun tepatnya pada 1850 Belanda mulai memberikan anggaran untuk anak-anak Indonesia, itupun sangat kecil.
Pendidikan yang disediakan tidak banyak, bahkan pengajaran tersebut hanya ditujukan untuk menciptakan tenaga yang bisa baca tulis dan untuk keperluan perusahaan saja.

Keadaan yang sangat buruk ini membuat dr. Wahidin Soedirohoesodo yang mula-mula berjuang melalui surat kabar Retnodhumilah, menyerukan pada golongan priyayi Bumiputera untuk membentuk dana pendidikan. Namun usaha tersebut belum membuahkan hasil, sehingga dr. Wahidin Soedirohoesodo harus terjung ke lapangan dengan berceramah langsung.

Tokoh - Tokoh yang Mempelopori Kebangkitan Nasional

Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang.

Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928).
Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Berikut beberapa tokoh yang mempelopori Kebangkitan Nasional :

1. Ir. Soekarno
Tokoh - Tokoh yang Mempelopori Kebangkitan NasionalTokoh berikutnya adalah Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Karno.

Sejujurnya bukan tokoh kebangkitan nasional, tapi bagi saya, beliau berjasa besar dalam Kebangkitan Nasional Indonesia. Kebangkitan Nasional bukan saja pada masa berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional, namun hingga saat ini juga. 

Soekarno berjasa besar bagi bangsa Indonesia. Perjuangannya menjelang detik-detik proklamasi tidak dapat dilupakan. Aktif dalam organisasi PUTRA yang berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia pun tidak dapat dilupakan. Walaupun setelah kemerdekaan, pada masa demokrasi terpimpin ia bertindak bagaikan diktator, semua jasanya tak dapat dilupa. Pada saat agresi militer I ketika Indonesia terdesak, beliau memerintahkan Syafrudin Prawiranegara untuk melanjutkan perjuangan Indonesia dengan mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia. 

Walaupun dengan risiko ditangkap oleh Belanda karena kondisi Yogyakarta pada saat itu masih sangat rawan. Inilah semangat perjuangan yang harus dimiliki segenap bangsa.
2. Dr. Soetomo
Tokoh - Tokoh yang Mempelopori Kebangkitan NasionalDr. Soetomo lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 3 Oktober 1920, dan wafat di Padang Arafah, Arab Saudi pada tanggal 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun), lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah seorang pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembali para penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini dikenal/diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Dr. Soetomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Soetomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa. Soetomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi.

Meskipun Indonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.

3. Ki Hajar Dewantara
Tokoh - Tokoh yang Mempelopori Kebangkitan Nasional
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta dan wafat di Yogyakarta pada tanggal 26 April 1959 pada umur 69 tahun. Beliau dikenal dengan panggilan Ki Hajar Dewantara semenjak tahun 1922, adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.

Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda..

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, Tut Wuri Handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.

4. Tjipto Mangoenkoesoemo
Tokoh - Tokoh yang Mempelopori Kebangkitan Nasional
Beliau merupakan dokter profesional yang cenderung lebih dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional. Bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker, beliau mendirikan partai politik Nationale Indische Partij. 

 Pada awalnya Dr. Cipto Mangunkusumo bergerak sebagai dokter pemerintahan dibawah Belanda. Namun karena beberapa tulisannya dalam De Express yang cenderung mengkritik kekejaman pemerintahan Belanda, akhirnya beliau diberhentikan sebagai dokter pemerintahan. 

Hal tersebut membuat beliau semakin intens melakukan perjuangan. Bayangkan jika kita seperti beliau? Mungkin kita malah akan mengemis-ngemis kembali meminta jabatan dengan gaji layak tersebut kembali. Tapi beliau tidak, dengan sepenuh hati memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

 Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo (Cipto Mangunkusumo) lahir di Ambarawa, Semarang tahun 1886 dan wafat di Jakarta pada tahun 1943 dengan umur 57 tahun. Beliau adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan indonesia. 

Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. 

Pada tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional
Seratus tujuh tahun telah kita lalui sejak ditetapkannya tangal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Nilai-nilai Kebangkitan Nasional yang diperjuangkan para pendahulu kita telah menjadi perekat jalinan persatuan dan kesatuan diantara kekuatan dan komponen bangsa.

Ia telah memberi semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan, mengejar ketertinggalan dan membebaskan diri dari keterbelakangan. Nilai-nilai tersebut menjadi dasar perjuangan para pemuda yang kemudian pada tanggal 20 Mei 1908 terorganisasi dalam wadah pergerakan bernama Boedi Oetomo.

Dari sinilah kemudian semangat nilai-nilai persatuan dan kesatuan ini semakin mengkristal dan menjadi kekuatan moral bangsa sebagaimana tertuang dalam ikrar Soempah Pemoeda, pada tanggal 28 Oktober 1928.

Perjuangan panjang yang ditempuh oleh bangsa Indonesia tersebut, akhirnya kita capai dengan memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai bangsa yang Merdeka dari penjajahan.

Bangsa Indonesia telah bersepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang diperoleh melalui perjuangan panjang tersebut harus tetap dipertahankan, dipelihara dan dijaga.

Beberapa tahun terakhir ini bangsa kita dilanda dengan berbagai cobaan berupa bencana alam sebagai akibat atau pengaruh perubahan lingkungan global yang menyebabkan kerusakan di berbagai sektor kehidupan kita, bahkan menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar.

Dengan memperhatikan perkembangan dan kecenderungan fenomena bangsa tersebut, maka semangat dan jiwa Kebangkitan Nasional menjadi penting untuk terus tetap digelorakan dalam setiap individu Warga Negara Indonesia, agar tetap waspada dalam rangka menjaga keutuhan kita sebagai sebuah bangsa yang besar dalam bingkai NKRI.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-107 pada Tahun 2015 ini akan kita jadikan sebagai sebuah momentum untuk memasuki Kebangkitan Nasional. Momentum ini ditandai dengan berbagai kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh komponen bangsa dari pusat sampai daerah untuk terus mengokohkan, menguatkan dan memelihara semangat Kebangkitan Nasional.

Organisasi Budi Oetomo

Organisasi Budi Oetomo
Organisasi Boedi Oetomo berdiri di STOVIA oleh pelajar-pelajar yang belajar di tempat itu pada 20 Mei 1908. Organisasi ini adalah titik awal pergerakan Bangsa Indonesia. Setelah adanya organisasi Boedi Oetomo, yang notabene untuk kepentingan politik melalui pendidikan, lahir juga organisasi pergerakan bangsa lainnya yang mencoba menyatukan saudara-saudara sebangsa juga melalui PENDIDIKAN.

Pendidikan adalah alat yang paling pas untuk memproklamirkan sebuah pergerakan. Pendidikan adalah salah satu hak dasar manusia di mana seorang manusia berhak mendapatkan pendidikan formal, tapi apakah hak itu akan dipakai oleh setiap orang, kembali lagi harus melihat pribadi orang tersebut.

Boedi Oetomo tidak terlepas dari peranan seorang lulusan Sekolah Dokter Jawa yang bernama dr. Wahidin Soedirohoesodo yang dikenal sebagai perintis organisasi ini. Alasan dr. Wahidin adalah keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat yang tidak mampu.

Karena kesulitan biaya sehingga tidak mendapatkan pendidikan formal, begitu juga untuk dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi lagi sehingga membutuhkan suatu wadah. Gagasan dr. Wahidin direalisasikan ke dalam program Studiefonds atau dana pendidikan (bea siswa) di mana dana-dana tersebut dihimpun dari para bangsawan Jawa dan Belanda.

Beliau berkeliling Jawa untuk memberikan propaganda ke STOVIA. Di hadapan para pelajar STOVIA, beliau memberikan wejangan tentang pentingnya pendidikan sebagai sarana membebaskan diri dari keterbelakangan. Selanjutnya, Raden Soetomo dan Mas Soeradji, yang merupakan pelajar di STOVIA bertemu dr. Wahidin untuk mendiskusikan strategi tersebut.

Rupanya, ide dr. Wahidin menggugah kesadaran pelajar STOVIA tentang kesamaan budaya, bahasa, wilayah, dan nasib bangsanya. Ruang rekreasi yang berada di STOVIA menjadi tempat untuk diskusi persoalan-persoalan kebangsaan yang tanpa disadari telah menumbuhkan benih-benih nasionalisme di antara para pelajar STOVIA.

Peristiwa bersejarah 20 Mei 1908 di Ruang Kelas Anatomi STOVIA diadakan pertemuan antar pelajar STOVIA. Pertemuan mereka menghasilkan sebuah organisasi yang bernama BOEDI OETOMO dengan ketua Raden Soetomo.
Organisasi ini adalah organisasi modern pertama yang menggunakan struktur organisasi modern dan kepengurusan yang jelas. Hal tersebut makin memperjelas tanpa adanya pendidikan formal, akan sulit membentuk sebuah organisasi dengan struktur kepengurusan yang jelas.

Untuk saat ini saja, bangsa kita seakan kembali ke masa yang lebih lampau dari masa Boedi Oetomo karena struktur kepengurusan yang jelas tapi tidak memiliki koordinasi yang tidak jelas.

Lahirnya Boedi Oetomo bukan berarti tanpa masalah. Masalah mulai muncul ketika para dosen mulai gelisah dan marah dengan alasan organisasi tersebut akan mengancam pemerintahan kolonialisme.

Masuk akal dari sudut pandang mereka, tapi bukan berarti tidak ada yang membela organisasi ini, terutama membela para pelajar yang menjadi pengurus organisasi Boedi Oetomo.

Berdirinya Boedi Oetomo

Berdirinya Boedi UtomoDengan R. Soetomo sebagai motor, timbul niat di kalangan pelajar STOVIA di Jakarta untuk mendirikan perhimpunan di kalangan para pelajar guna menambah pesatnya usaha mengejar ketertinggalan bangsa.

Langkah pertama yang dilakukan Soetomo dan beberapa temannya ialah mengirimkan surat-surat untuk mencari hubungan dengan murid-murid di kota-kota lain di luar Jakarta, misalnya: Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Magelang.

Pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 1908 pukul 9 pagi, Soetomo dan kawan-kawannya: M. Soeradji, M. Muhammad saleh, M. Soewarno, M. Goenawan, Soewarno, R.M. Goembrek, dan R. Angka berkumpul dalam ruang kuliah anatomi.

Setelah segala sesuatunya dibicarakan masak-masak, mereka sepakat memilih “Boedi Oetomo” menjadi nama perkumpulan yang baru saja mereka resmikan berdirinya. “Boedi” artinya perangai atau tabiat sedangkan “Oetomo” berarti baik atau luhur.

Boedi Oetomo yang dimaksud oleh pendirinya adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan atas keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat, kemahirannya.

Dalam penerapan politik etis terkandung di dalamnya usaha memajukan pengajaran dan pendidikan bagi generasi muda di Indonesia. Salah satu kendala dalam memajukan bidang pendidikan karena terbatasnya anggaran dana.

Hal ini menimbulkan keprihatinan bagi Dr. Wahidin Sudirohusodo sehingga melakukan kegiatan menghimpun dana dengan melakukan propaganda berkeliling di Jawa tahun 1906. Dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) merupakan pembangkit semangat organisasi Budi Utomo.

Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan STOVIA), ia merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya. Pada tahun 1901 dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur majalah Retnodhoemilah (Ratna yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu, yang dikhususkan untuk kalangan priyayi. Hal ini mencerminkan perhatian seorang priyayi terhadap masalah-masalah dan status golongan priyayi itu sendiri.

Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Barat. Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan barat. Beliau menghimpun beasiswa agar dapat memberikan pendidikan modern atau barat kepada golongan priyayi Jawa dengan mendirikan Studie Fonds atau Yayasan Beasiswa.

Ide Dr. Wahidin Sudirohusodo selanjutnya menarik perhatian seorang mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA) bernama Sutomo. Akhirnya Sutomo mendirikan sebuah organisasi yang bernama Budi Utomo. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama kali di Indonesia yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908.

Corak baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah kesadaran lokal yang diformulasikan dalam wadah organisasi modern dalam arti bahwa organisasi ini mempunyai pemimpin, ideologi yang jelas, dan anggota.